Selasa, 06 Maret 2012

Bahaya Air Asam Tambang

Salah satu dampak dari kegiatan pertambangan adalah munculnya air asam tambang. Air asam tambang ini merupakan air asam yang terbentuk karena adanya kontak antara batuan yang bersifat asam (sulfida mineral) dengan udara atau air. Pembentukan air asam tambang ini terjadi karena adanya proses oksidasi yang terjadi pada batuan yang mempunyai kandungan pyrite setelah mengalami kontak dengan oksigen baik yang terdapat pada air maupun udara. Air tersebut kemudian akan mengalami perubahan pH menjadi 2-3. Logam yang terkena air dengan kondisi pH seperti ini bisa terlarut.

Air asam tambang yang mengadung logam berat, yang mengalir ke sungai, danau atau rawa akan merusak kondisi ekosistem yang ada disungai tersebut. Hal ini tentu saja akan menyebabkan adanya penurunan kualitas air. Selain itu air asam tambang dapat mempengaruhi bentang alam, perubahan struktur tanah, perubahan pola aliran permukaan dan air tanah serta komposisi kimia air permukaan.

Air asam tambang ini dicirikan dengan rendahnya pH dan tingginya senyawa logam tertentu seperti besi, alumunium, mangan. Pyrite (FeS2) merupakan senyawa yang umum dijumpai di lokasi pertambangan. Selain Pyrite masih ada berbagai jenis sulfida logam yang mempunyai potensi membentuk air asam tambang seperti : marcasite, pyrrhotite, chalcocite, covellite dll.

Mengingat bahaya dari air asam tambang ini bagi lingkungan maka perlu kiranya dilakukan upaya pencegahan dan penanganan air asam tambang. Berikut ini adalah beberapa cara untuk mencegah dan menghambat terbentuknya air asam tambang :

Penempatan Selektif

Menempatkan batuan yang berpotensi membentuk air asam tambang dengan batuan yang tidak berpotensi ke tempat yang terpisah dengan cara ditimbun. Kemudian lokasi penimbunan batuan yang berpotensi membentuk air asam tambang ditempatkan sejauh mungkin dari aliran air. Selanjutnya rembesan-rembesan dikumpulkan pada satu lokasi.

In hibisi Bakteri

Thiobaccilus ferrooxidans merupakan bakteri yang berperan dalam proses pembentukan air asam tambang. Dengan menghambat perkembangan bakteri ini dapat mengurangi proses pembentukan air asam. Thiobaccilus ini dapat bertahan dalam kondisi lingkungan asam karena memiliki lapisan film yang melindunginya.





Manajemen Tanah

Dalam program restorasi tanah areal pertambangan diperlukan manajemen tanah yang baik. Manajemen tanah ini bertujuan untuk :

1. Memaksimalkan sumberdaya yang terbatas

2. Memisahkan tipe tanah secara benar, sehingga pencampuran dan degradasi kualitas tanah pucuk tidak terjadi.

3. Menjamin kualitas tanah pucuk sebagaimana adanya (struktur, nutrisi, dan bank bibit) tersedia untuk digunakan dalam rehabilitasi.

Penanganan Air Asam Tambang secara pasif

Untuk menetralisasi air asam tambang dapat digunakan kapur. Metode ini efektif dan menawarkan biaya yang lebih murah. Penanganan air asam tambang dengan metode pasif ini dengan cara air dialirkan ke areal lahan basah yang telah di bangun dengan cara ini kandungan logam dan keasaman dapat dikurangi. Jumlah aliran air dan komposisi kimia air tambang, substrat lahan basah, komposisi vegetasi lahan basah, komposisi mikroba dan aktivitas yang terdapat dalam lahan basah merupakan faktor penting untuk dipertimbangkan.

sumber:
Pedoman Teknis Penanganan Air Asam Tambang Kementerian Negara Lingkungan Hidup, 2005

Diposting oleh Ghozi Faiz on Selasa, 06 Maret 2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar